Begitu banyak yang menghimpit di otakku. Semuanya berputar-putar seperti gasing yang sangat memusingkan, mencari segala sudut mencoba untuk menabrakkan diri hingga hancur dan lebur berkeping-keping. Hingga tak bersisa lagi...agar tak ada lagi yang mencoba untuk menyatukan serpihan-serpihan gasingku...
Kepenatan itu kini bernaung dan menari-nari di atas kepalaku. Sesaat aku memandang segerombolan manusia-manusia cantik yang melaksanakan shalat dhuhur secara berjamaah. Usia mereka tak jauh berbeda dengan usiaku kini. Aku memperhatikan dari ketika mereka takbiratul ikhram, ruku’ dan kemudian sujud. Seusai shalat mereka bersalaman dan saling “cipika-cipiki”. Hmm..terbesit suatu perasaan iri dalam diriku. Mereka sangat akrab dan bersahabat. Mereka seperti tidak memiliki suatu beban apapun di pikiran mereka. Tidakkah mereka memiliki suatu beban pikiran sepertiku...??
Dalam masjid itu aku merasa enggan untuk beranjak mengikuti kelas berikutnya. Aku terpaku terhadap apa yang tengah melanda dan menjeratku. Alunan lagu mengalun di telingga kiriku dari saluran earphone. Lagu yang selalu aku putar berulang kali dalam kamarku...dalam kesendirian...dalam kerinduanku...dan dalam ketermenunganku saat-saat ini...Karena lagu ini pula aku merasa lebih tenang dan tidak hilang arah...Thanks God.
###
Aku melihat awan. Siang ini begitu terik, membuatku harus merasakan sakit kepala karena pergantian suhu ketika berada di ruangan AC dengan udara di luar ruangan yang sangat terik dan panas. Sakit kepalaku menambah beban di otakku menjadi 2x lebih padat dan berat. Kegelisahan hati dan pemberontakan batin masih menggelayutiku. Aku kalut. Semua terasa begitu cepat, bahkan terlalu cepat, dan selalu cepat. Membuatku tidak memiliki kesempatan untuk memilih dan selalu terjerembab dalam kubangan lumpur yang sama, diulang-ulang, dan terus berulang-ulang, seperti pita rekaman yang sudah disetting untuk selalu berputar tiada berhenti sepanjang hari. Terkadang aku merasa sangat bosan dan jenuh, tetapi aku merasa lebih tidak mengerti dan dilanda kebingungan. Semua yang terlihat ikhlas dan bijaksana tidak selalu menampakkan apa yang sebenarnya ada pada dirinya. Aku tidak tahu...
Tidak ada yang peduli terhadap diriku selain aku sendiri. Aku berdiri sendiri dan selalu sendiri. Benar dan salah milik Tuhan. Aku mencoba untuk bertahan dan menjadi diriku sendiri. Tapi, aku juga punya jiwa memberontak selama itu tidak berkenan dengan hatiku. Aku hanya mempertahankan pandanganku. Tidak ingin untuk dibatasi dan dilecehkan. Aku adalah aku, bukan cerminan orang lain. Dan aku tahu dimana itu harus ditempatkan.
0 komentar:
Posting Komentar